widgeo

Kamis, 25 November 2010

Blogging – Sudah Jadul?

Blogging – Sudah Jadul?

Blogging
Jangan juga Anda menjadi pesimis atas posting yang berisi :
“Thinking about  launching your own blog? Here’s some friendly advice: Don’t. And if you’ve already got one, pull the plug. Writing a weblog today isn’t the bright idea  it was four years ago.”
Yang berasal dari artikel kontroversial majalah WIRED edisi online 16 November 08.
Bagaimana menurut Anda yang sudah punya blog pribadi atau korporat? Pantang mundur atau tetap nge-blogging atau gak jadi, he..he..? Kolom itu ditulis oleh Paul Boutin, segera setelah posting, serta merta saja ratusan komentar memberikan komentar terhadap posting dari Paul Boutin. Tentu saja ada yang Pro dan ada pula yang Kontra. Artikel tersebut jelas-jelas membuat pesimis dan patah semangat mereka yang baru punya blog dan yang mau buat blog entah yang versi korporat atau pribadi.
BLOG DAN MEREKA YANG KONTRA
Kalau Anda berhenti tidak lagi nge-blogging, maka Anda sebenarnya tidak sendirian. Jason Calacanis yang dikenal sebagai tukang gosip(chatterbox) dan yang merasakan dolar dari blognya, jaringan weblogsinc.com, telah berhenti nge-blog mulai bulan juli 2008. Katanya, “blogging sebenarnya terlalu luas, terlalu tidak berkepribadian (impersonal), dan kurang keintiman,” demikian posting terakhirnya.
Salah satu komentator di WIRED, “setuju bahwa komunitas blogging sudah terlalu dinodai oleh komersialisme dan spamming, dan banyak orang ingin diprioritaskan, kampanyenya terlihat, membangun brand pribadi, itulah sebabnya blogging akan menjadi masa lalu, dan saatnya pindah ke bentuk-bentuk lain dari komunikasi sosial. Dan bagi kebanyakan orang, memiliki blog adalah untuk menjadi modern di masa lampau.
Mengapa bisa berpikir seperti itu? Bisa jadi animonya adalah blogosfir, dulu sempat menjadi media yang berisi berbagai pemikiran cerdik dan pengungkapan diri secara blak-blakan. Nah sekarang demam blog telah merasuki kawula muda dan para eksekutif muda, juga para jurnalis abal-abal serta kampanye pemasaran underground telah menggunakan blog di era tsunami blog. Sulit bagi mereka yang punya blog dapat menonjol di belantara blog!
Kenyataannya sekarang memang berbeda pada saat era blog masih baru. Para blogger yang antusias masih nge-blog. Dan posting dengan cepat langsung masuk ke hasil pencarian Google untuk hasil topik apa pun ditambah lagi dengan para rekan blogger.
Tahun 2002, di masa mana kala Google belum memiliki mesin pencari blog, maka cepat bagi suatu blog untuk masuk ke urutan atas di hasil pencarian situs pencari, namun lewat situs pencari blog yang dipisahkan dengan situs pencari web, maka hanya blog yang terintegrasi dengan web yang lebih mudah muncul. Jadi di tahun 2002, jika Anda ketik “motor yamaha”, maka blog yang berisi posting dan ucapan ini-itu sekitar yamaha motor akan menempati urutan pertama. Sekarang? Web diutamakan muncul teratas plus ulasan motor di portal-portal berita dan wikipedia.
Dulu blog menjadi lebih “terkatrol” di situs pencari, mengingat web berbasis teks membosankan untuk dibaca. Blog “naik daun” karena mudahnya untuk mempublikasikannya bagi kalangan non teknis.
Misalnya kalau Anda ketik “barack obama”, maka yang diutamakan muncul adalah portal-portal berita, wikipedia, facebook, twitter, dan ulasan profesional dari web-web seperti politico.com. Itulah alasan mengapa Boutin mengatakan bahwa blog-blog amatiran akan lebih baik dengan facebook, twitter, youtube, flickr, dll.
Portal seperti YouTube, Flickr, Twitter, dan Facebook membuat publikasi gambar, foto dan video menjadi sangat mudah, itulah sebabnya, tak heran jika ‘penginjil’ Microsoft dari tahun 2003 hingga 2006, Robert Scoble sekarang lebih berfokus pada posting video dan update update di Twitter. “untuk penulisan jangka panjang, blog adalah jawabannya,” akuinya.
Twitter – yang membatasi setiap posting teks hanya 140 karakter – di tahun 2008 adalah mirip era pemunculan blogosfir di tahun 2004. Di tahun itulah para blogger terkenal seperti Scoble, Calacanis dan rekan-rekan lainnya muncul di era keemasan blog. Mereka semua mengklaim, bahwa Twitter bekerja bahkan lebih cepat dibandingkan blogosfir itu sendiri. Dan posting di Twitter dapat dicari serta merta, tanpa harus menunggu Google melakukan indeks. (Dan memang Twitter pun menjadi salah satu sales tool yang ampuh untuk meningkatkan penjualan, seperti yang dialami oleh Dell Computer)
Media Wired dan Boutin jelas-jelas sadar bahwa artikelnya akan menyulut perdebatan dan keguncangan di kalangan blogger. Ya menyulut diskusi. Terserah Anda mau setuju atau tidak tetapi sejarah akan kembali lagi, seperti yang Boutin akui bahwa daya tarik sistem sekarang adalah keringkasannya, bukan saling bersaing untuk nulis panjang-panjang. Jadi para blogger diharapkan menulis dengan cerdik dan berwawasan namun model tulisannya seperti prosa bukan cerita panjang. Lewat tulisan prosa, maka posting mereka akan mampu bersaing dengan Huffington dan Wikipedia serta portal berita di Indonesia sekalipun. Lewat pembatasan karakter dari Twitter ini akan meringankan amatiran dalam menulis namun cepat ditemukan.
BLOG – APAKAH AKAN PUNAH?
Terlalu berani komentar tersebut. Gagasan bahwa blogs akan menjadi jadul dan punah, memang keterlaluan. Namun setidaknya menjadi berbeda pendapat tidaklah masalah, dan ini telah menyulut diskusi dan ajang perdebatan. Namun ini memungkinkan bermunculnya poin-poin seputar masalah yang ada pada blog, dan tentu saja ada peluang untuk perbaikan, dan tidak mengartikan bahwa blog akan punah dari muka bumi atau sekarat.
Maklumlah dulu mereka yang punya Blog kayaknya hebat, sekarang blog sudah jadi barang murahan, lihat saja ada lebih dari 180 juta blog kata blogger kanada, Mark Evans. Mengapa? Stigma ini muncul mengingat blog sekarang menjadi kurang berarti karena muncul banyak konten yang ece-ece dan tidak berarti termasuk konten yang sentimen berbau sara atau melecehkan agama seperti yang baru-baru ini terjadi santer di Indonesia mengenai komik nabi muhammad SAW. Tetapi kalau blog bakal punah itu terlalu berlebihan, sama seperti kartu pos walaupun berkurang pasarnya, namun tetap aja masih digunakan.
Alasan lain tidak bakal ‘punah’ karena kontenya yg bersifat “on demand” – artinya kalau Anda tidak suka suatu blog, ya gak usah baca, beralih saja ke blog yang lain yang Anda suka dan nikmati kontennya. Dan kalau mau komplain, adukan saja atau abaikan. Jadi apakah itu gejala kepunahan? Selanjutnya “terserah Anda”

0 komentar:

Posting Komentar